Martabat Jawa Kuno

Leluhur jawa telah lama membentuk dan memiliki standar setrata sosial masyarakatnya. Semua lapisan sosial masyarakat ini berdasar pada urusan materi duniawi. Semakin jauh ketergantungan terhadap duniawi, semakin tinggi derajat orang jawa. Sebaliknya semakin banyak bergantung terhadap duniawi semakin rendah martabat orang jawa. Adapun ketergantungan berbeda dengan kepemilikan.

Setrata sosial ini di adopsi oleh leluhur jawa dari berbagai corak sosiologi budaya bangsa terdahulu, diantaranya adalah Manusmriti sebuah karya ilmiyah yang sudah ada di zaman sebelum Masehi, yang juga berpengaruh pada sekte Hindu Budha.

Leluhur jawa selalu menggunakan angka-angka khusus untuk menulis jumlah hitungan perkara yang dianggap penting, semisal tujuh, sembilan, sebelas, duapuluh satu dan seterusnya. Maka leluhur Jawa memilih angka tujuh untuk mensyakralkan kelompok sosial masyarakatnya, berbeda dengan kasta dalam Hindu Budha.

Tujuh kelompok sosial tersebut adalah :
1. Brahmana
2. Ksatria
3. Waisya
4. Sudra
5. Candala
6. Mlecca
7. Tucca

Brahmana
Adalah sekelompok masyarakat yang fokus dan totalitas terhadap kegiatan ritual spiritual, menyerahkan semua urusan duniawinya kepada Tuhan Yang Maha Suci, Yang Maha Esa, Yang di sembah Agungkan.

Ksatria
Adalah sekelompok masyarakat yang cerdas, pandai, besar hati dan peduli. Kepentingan sosial lebih didahulukan daripada kepentingan pribadi, terlebih urusan materi. Kelompok ini ideal menjadi panglima, atau punggawa negara.

Waisya
Adalah sekelompok masyarakat yang mengelola lingkungan kehidupan sekaligus menjadikannya sebagai penghasilan untuk memenuhi kebutuhan duniawi, seperti petani dan pengebun.

Sudra
Adalah sekelompok masyarakat yang selalu mengupayakan pendapatan materi, seperti pengusaha, pedagang, penyedia jasa dan perbankan.

Candala
Adalah sekelompok masyarakat yang suka membunuh makhluk hidup gerak yang lain, seperti pemburu, jagal, pemancing atau nelayan, walaupun tidak mesti merusak tetapi membunuh.

Mlecca
Adalah semua orang asing yang mencari penghidupan di jawa, baik bekerja atau berniaga, atau sekedar mencari suaka.

Tucca
Adalah sekelompok masyarakat yang rusak mentalnya dan merugikan orang lain, seperti pembohong begal pencuri dan lain sebagainya.

Martabat sosial jawa bukanlah pembatas atau pengunci keberadaan individu seseorang didalam menjalani kehidupan bermasyarakat, alias seseorang tidak harus berada di martabat tertentu karena lahir dari keluarga dengan martabat tersebut, namun bisa dikatakan martabat adalah pencapaian. Apabila individu seseorang mampu menjalani sesuai ketentuan martabat tertentu, berarti disitulah martabatnya, bahkan bukan darimana dia lahir dia mendapatkan martabat. Bisa jadi seorang Ksatria lambat laun akan menurunkan Sudra, atau seorang Brahmana lahir dari seseorang yang dulunya bermartabat Tucca.

Martabat ini akan berpengaruh pada hak dan kewajiban seseorang. Seperti contoh, selain Brahmana akan dianggap dusta apabila berbicara tentang Agama, karena tiada hak disana. Atau seorang mlecca berkewajiban membayar pajak sebagai konsekwensi hidup di tanah kelahiran orang jawa. Atau seorang sudra tidak akan dipilih sebagai patih karena yang dominan dalam kepribadiannya adalah pendapatan materi, bukan kebijaksanaan sosial. MH

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai